Hari Solidaritas GAY & Lesbian Nasional – 1 Maret

1:17:00 AM

Tanggal 1 Maret sebagai hari Solidaritas Gay & Lesbian Nasional telah dideklarasikan oleh kawan-kawan Indonesian Gay Society (IGS) Yogyakarta pada tanggal 17 Maret 2000 di Lembaga Indonesia-Perancis, Yogyakarta. Pendeklarasian ini digelar dalam sebuah acara sederhana namun meriah yang dihadiri oleh sekitar 100 orang gay, lesbian dan kawan-kawan simpatisan dari berbagai kalangan. Tanggal 1 Maret diambil karena pada tanggal tersebut di 1982 berdirilah organisasi gay pertama di Indonesia, Lambda Indonesia.


Nama hari peringatan sengaja mengandung kata “solidaritas” karena IGS memandang perjuangan emansipasi gay dan lesbian membuka kesempatan seluas-luasnya kepada kawan-kawan yang simpatik untuk ikut bergabung. Pemilihan Lembaga Indonesia-Perancis mengikuti preseden perayaan Gay Pride 1999 di Pusat Kebudayaan Perancis Surabaya. Kiranya pihak Perancis melihat perjuangan pembebasan kaum gay, lesbian, waria dan biseks sebagai kelanjutan Revolusi Perancis yang bermotto “Kebebasan Persamaan dan Persaudaraan” itu.



Pada perayaan pertama hari Solidaritas Gay & Lesbian Nasional tersebut, juga dibacakan statement IGS dan puncak acaranya adalah penyerahan IGS Award kepada PRD, sebagai penghargaan atas komitmen tegas PRD terhadap demokratisasi di segala bidang, termasuk hak-hak sosial budaya kaum kita. Selain deklarasi, diadakan juga pameran foto karya fotografer Perancis, Elisabeth Franck, yang bertemakan keluarga gay dan lesbian serta pergerakan politik kaum kita selama dua hari. Setelah deklarasi diselenggarakan talk show “Menuju Demokrasi Sejati Tanpa Diskriminasi” dengan pembicara dari IGS, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Yogyakarta dan Komite Pimpinan wilayah (KPW) PRD Yogyakarta.


Menjelang tanggal 1 Maret 2010, GAYa NUSANTARA mengajak kawan-kawan LGBT Indonesia untuk bersama-sama merefleksikan kembali makna hari Solidaritas Gay & Lesbian Nasional tanggal 1 Maret terhadap perjalanan gerakan LGBT di nusantara tercinta. ❞


Selasa, 1 Maret 2011.
    Hari ini di GAYa Nusantara diadakan Pemutaran Film 'Milk' dan diskusi bareng. Saya diajakin sama mas Antok Serean, itu tuh si penulis kondang hehe.. Acaranya jam 6 sore. Coach dateng menjemput jam setengan 6an gitu, tapi pas mau kluar pager eh hujan. Deres pake angin pula. Antara jadi gak jadi gitu. Tapi untung cuma setengah jam, ini berarti saya baru berangkat saat film sudah diputar ƪ(˘﹏˘)ʃ. Yasudahlah. Sampai sana clingak-clinguk kok masi sepi, saya sms mas Antok dan keluarlah beliau dan mas Yogi. Langsung deh di-skak, "Itu sapamu Sin?" Hahahhaaa..


    Bener deh, film uda mulai. Gelap-gelapan di halaman belakang. Dan saya baru sadar, ternyata taman belakang itu gunanya buat nonton film bareng. Tinggal kasi proyektor hadap tembok, jadilah mini theater hohoho.. Karena datengnya telat, sontak saya tak mengerti alur ceritanya. Blas nda paham. Pas lihat uda scene demo gitu. Bingung, mreka demo karena apa, demo atas nama siapa, pokoknya huru hara chaos gitu. Nah mulai paham pas mereka triak-triak memperjuangkan hak homoseksual. Owalah. Jauh dari bayangan saya pas pertama diajakin dateng. MILK. Saya kira film seputar susu, entah ini susu olahan, cara pembuatan susu, atau sesuatu yang diidentikkan dengan susu. Bahkan saya berharap dapat segelas susu seusai acara. Haha.


    Nah ternyata MILK ini nama orang. Harvey Milk. Ya beliau adalah tokoh revolusioner kaum homoseksual. Beliau memperjuangkan haknya sebagai warga masyarakat. Beliau dan tentunya kita semua tidak ingin kan kalau kita mengalami diskriminasi hanya karena orientasi seksual. Harvey Milk adalah gay terbuka pertama yang terpilih masuk dalam kantor pemerintah di USA pada tahun 1970-an.

    Ditengah maraknya rasia dan penangkapan para homoseks di USA pada tahun 1970, Harvey Milk pindah ke San Fransisco. Tempat dimana, dengan didasari oleh nalurinya untuk bertahan hidup dan menolak diskriminasi terhadap orang-orang homoseksual dalam dunia bisnis, dia berhasil mengkoordinasikan blok tempat tinggal dan tempat bisnisnya di jalan Castro sebagai arena yang gay-friendly sehingga kemudian berkembang menjadi gay venue yang cukup ramai di San Fransisco. Kawan-kawan gay pun semakin nyaman berkunjung ke toko kamera milik Milk di jalan Castro itu, bukan hanya sebagai pelanggan toko, tetapi mereka adalah para aktivis gay, anak-anak muda yang lari dari tekanan diskriminasi di lingkungannya.
    Setelah kepindahannya ke SF, Harvey Milk mulai menjadi seorang aktivis hak homoseksual dan politikus. Dengan dukungan teman-temannya itu dan oleh kebutuhan untuk melawan diskriminasi terhadap homoseksual maka Milk pun mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Pengawas SF. Pencalonan dirinya yang pertama gagal namun dia telah mendapat banyak dukungan. Bagi Milk pencalonan dirinya itu bukan untuk memenangkan dirinya tapi untuk membuat gerakan LGBT lebih didengar dan diperhatikan. Semangatnya dan semangat tim pendukungnya tak pernah luntur, mereka terus melakukan upaya untuk mendapatkan kursi dewan pada pemilihan berikutnya dan berikutnya. Suara dukungan terhadap Milk pun selalu bertambah. Hingga akhirnya mereka tiba pada sebuah momentum pada tahun 1976 dimana perlawanan kelompok homoseksual sedang memanas dengan adanya upaya pemberlakuan kebijakan untuk menghapuskan perlindungan terhadap diskriminasi bagi homoseksual dalam pekerjaan dan tempat tinggal. Milk terpilih sebagai anggota Dewan Pengawas SF pada tahun 1977. Dan dengan dukungan walikota SF, George Moscone, Milk berhasil menolak pemberlakuan kebijakan tersebut di SF.


    Yang menarik untuk dicatat adalah bahwa perlawanan Milk bukan berangkat dari kepentingan politik untuk meraih kekuasaan, tetapi berangkat dari persoalan dalam kesehariannya sebagai seorang homoseks yang selalu diburu polisi, dicurigai, dihina dan diskriminasi. Milk adalah orang biasa seperti halnya gay pada umumnya, yang tidak bisa menerima perlakuan diskriminasi terhadap homoseksual dan berani melawannya.


    Film ini sangat inspiratif bagi saya. Perjuangan berawal dari hal kecil yang ada di sekitar kita. Tidak ingin orang yang disayangi mengalami hal buruk. Apalagi seperti kita ketahui bahwa ada begitu banyak bentuk diskriminasi. Yang paling sederhana adalah olokan atau ejekan terhadap suatu hal yang sering dianggap "aneh" atau "berbeda", tapi kan ya tetap salah satu bentuk diskriminasi. Kita saja yang notabene diakui sebagai manusia "normal" dengan orientasi seksual hetero seringkali mengalami diskriminasi, baik di sekolah, kampus, tempat kerja, lingkungan pertemanan bahkan dalam keluarga sekalipun. Bagaimana dengan kawan homoseksual, pasti mereka lebih sering mengalami hal ini. Padahal kita kan sama. Sama manusianya. Baiknya mulai sekarang kita berhenti menyalahkan orang lain, berkaca pada diri sendiri apa sudah benar hidup yang kita jalani saat ini.


    Tanggal 1 Maret, Hari Solidaritas Gay dan Lesbian. Baiknya setiap hari kita harus menjunjung tinggi solidaritas kepada semua orang, tidak terbatas pada kalangan tertentu saja dan tanggal 1 Maret saja. Let's spread love! :)

You Might Also Like

0 komentar